Tradisi Cembengan atau biasa
dikenal dengan Kirab Tebu Manten dilakukan sebagai tanda akan dimulainya musim
giling dan suling. Tradisi ini biasa digelar di pabrik gula Madukismo Bantul
Yogyakarta. Tradisi cembengan atau ceng beng sebelumnya dibawa oleh masyarakat
Tionghoa menuju ke berbagai wilayah di Indonesia khususnya di tanah Jawa.
Para produsen gula asal Tionghoa pada
zaman dahulu selalu melaksanakan upacara atau tradisi Ceng Beng sebelum memulai
giling tebu sebagai awal proses produksi gula.
Puncak sembahyangan Ceng Beng
dilaksanakan pada tanggal 9 bulan ke-3 tahun Cina. Tradisi ini sama dan juga sering
digelar oleh Pabrik gula Madukismo. Sebelum seluruh acara
dilaksanakan sebagian besar pimpinan dan karyawan Pabrik Madukismo melakukan
peziarahan ke berbagai makam di antaranya makam Bah De Pok, Makam Ragacala, dan
Makam Imogiri. Beberapa sajen buangan juga disiapkan pihak pabrik yang terdiri
atas tumpeng alit moncowarno.
Tumpeng alit lima warna merupakan
sebuah simbol nafsu yang terdapat di dalam diri manusia. Dengan dibuat dan
dibuangnya tumpeng alit moncowarno diharapkan nafsu-nafsu buruk manusia bisa
dilepaskan atau terkendalikan dengan baik.