Posisi Tugu Yogya sekarang berada
di tengah perempatan jalan besar yakni yang membujur ke utara adalah Jalan AM.
Sangaji ke timur Jl. Jenderal Sudirman, ke selatan Jl. Pangeran
Mangkubumi-Malioboro, ke barat Jl. Pangeran Diponegara.
Puncak tugu tersebut pada awalnya sebagai titik pandangan Sultan sewaktu menghadiri upacara Grebeg di Bangsal Manguntur, di Sitihinggil Lor.
Puncak tugu tersebut pada awalnya sebagai titik pandangan Sultan sewaktu menghadiri upacara Grebeg di Bangsal Manguntur, di Sitihinggil Lor.
Batik parang
rusak merupakan pola dasar dari pola terdiri dari ornamen lidah api yang
disebut uceng dan ornamen blumbangan atau mlinjon. Lidah api melambangkan api
yang merupakan simbol nafsu, sedangkan blumbangan atau mlinjon menggambarkan
unsur air yang menggambarkan nafsu supiah. Parang rusak mempunyai arti perang
atau menyingkirkan yang rusak. Perang disini termasuk perang melawan hawa nafsu
jahat atau kejelekan. Motif batik parang rusak mempunyai makna agar manusia
didalam hidupnya dapat mengendalikan nafsu sehingga berwatak dan berperilaku
luhur. Motif batik parang rusak dahulu merupakan motif larangan yang hanya
boleh dikenakan oleh raja dan keluaraganya sebagai busana upacara kenegaraan.
Tugu merupakan tanda terimakasih
Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwana I kepada rakyat Yogyakarta agar
selalu mengingat semangat persatuan.
Tugu ini terletak di Jl. Mangkubumi dan sekarang tugu merupakan salah satu icon
jogja. Ketika waktu dini hari daerah sekitar Tugu sering dijadikan tempat justru kawula muda untuk berkumpul.