Upacara adat Sekaten dilaksanakan setiap Bulan Maulud penanggalan Jawa untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sekaten merupakan perwujudan rasa syukur masyarakat Islam Jawa menyambut kelahiran atau Maulud Nabi Muhammad SAW. Dalam upacara tersebut terdapat rangkaian acara, diantaranya keluarnya gamelan Kraton Nyai Nagawilaga dan Nyai Gunturmadu untuk dibunyikan selama sepekan di Pagongan Masjid Besar Kraton Yogyakarta, kemudian selama itu pula banyak dijual makanan khas berupa nasi gurih atau nasi uduk.
Pasar Beringharjo merupakan bagian dari Malioboro yang sayang untuk dilewatkan. Pasar yang menjadi pusat kegiatan ekonomi selama beratus tahun ini memiliki filosofi. Sebagai salah satu pilar dalam 'Catur Tunggal', selain Kraton, dan Alun-Alun Utara. Bagian depan dan belakang, tepatnya sebelah barat menjadi tempat untuk memanjakan lidah karena menyediakan aneka jajanan pasar. Di sebelah utara bagian depan, dapat dijumpai brem bulat dan krasikan (semacam dodol dari tepung beras, gula jawa, dan hancuran wijen). Di sebelah selatan, ada bakpia isi kacang hijau, kue basah seperti hung kwe dan nagasari. Sementara bagian belakang, umumnya menjual panganan yang tahan lama seperti ting-ting yang terbuat dari karamel yang dicampur kacang. Bila hendak membeli batik, Pasar Beringharjo adalah tempat terbaik karena koleksi batiknya lengkap, ada batik kain, pakaian jadi, bahan katun hingga sutra.
Saat hangout di malam hari, paling enak jika menikmati angkringan Kopi Jos yang terletak tepat di sebelah utara Stasiun Tugu Jogjakarta. Saat jam makan malam, tempat ini ramai sekali dipenuhi dengan anak muda dan tidak sedikit yang berasal dari kota lain. Disebut Kopi Jos karena muncul suara jos, ketika bara api atau arang dimasukkan ke dalam kopi panas. Tertarik untuk mencicipi?
Pantai Parangtritis terletak 27 km selatan Kota Jogja, pemandangan begitu indah jika Anda datang pada saat sunset atau menjelang matahari terbenam. Untuk melihat seluruh area pantai hingga ke batas cakrawala coba Anda naiki Tebing Gembirawati di belakang pantai ini. Pantai Parangtritis lekat dengan legenda Ratu Kidul dan pantai ini dipercaya sebagai gerbang kerajaan gaib Ratu Kidul yang menguasai laut selatan.
Bakpia Jogja atau lebih dikenal dengan Bakpia Pathuk, makanan camilan berbentuk bulat tidak sempurna ini, terbuat dari adonan tepung terigu dan minyak kelapa, dengan isi adonan kacang hijau. Namun dalam perkembangannya Bakpia Pathuk tersedia dalam aneka rasa, antara lain keju, cokelat dan durian. Masyarakat Indonesia banyak mengenal Bakpia Jogja sebagai Pathuk karena memang penjual dan produsen bakpia paling banyak ada di sepanjang Jalan Pathuk, yang sekarang telah berganti nama menjadi Jl. KS . Tubun.
Grebeg adalah adalah upacara adat yang dilaksanakan oleh Kraton Jogjakarta, melambangkan sedekah seorang raja terhadap rakyatnya. Grebeg dilakukan 3 kali dalam setahun. Antara lain Grebeg Maulud; bertujuan memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW, Grebeg Syawal,; dilaksanakan pada saat Hari Raya Idul Fitri, dan Grebeg Besar; pada waktu Hari Raya Idul Adha.
Upacara ini ditandai dengan keluarnya beberapa gunungan yang terbuat dari sayuran dan buah-buahan, palawija, makanan dari ketan, dan lain-lain. Seperti upacara tradisi kraton lainnya, keluarnya gunungan selalu diiringi Bregada Prajurit Kraton dan Uborampenya. Sesampainya di Majid Agung, dilakukan doa oleh abdi dalem Pamethaan, sebelum akhirnya gunungan tersebut diperebutkan oleh masyarakat.
Malioboro, jalan yang berada persis di garis imajiner ini menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu, Monumen Jogja Kembali dan puncak Gunung Merapi, menjadi kawasan legendaris yang menyimpan sejuta kenangan. Kawasan ini juga sebagai tempat berkumpulnya berbagai komunitas, dari komunitas pedagang, budayawan, seniman yang pada akhirnya dimonopoli aktivitas perdagangan yang semakin lama semakin dominan di Malioboro.
Jalan Malioboro dibangun sejak Raja Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono I, dilengkapi sarana perdagangan berupa pasar tradisional sejak tahun 1758, dan berkembang 248 tahun. Malioboro diambil dari bahasa sansekerta yang berarti karangan bunga. Dikarenakan tempo dulu ketika Keraton menggelar perhelatan, maka jalan yang persis membujur ke arah pintu gerbang Keraton Ngayogyakarta selalu dipenuhi karangan bunga, maka jalan tersebut diberi nama Malioboro (karangan bunga).
Malioboro menjadi saksi bisu beragam peristiwa penting yang mewarnai perjalanan panjang bangsa Indonesia. Terdapat prasasti yang berdiri sebagai simbolik hengkangnya tentara kerajaan Belanda dari Bumi Pertiwi. Di kanan kiri Jalan Malioboro terdapat bangunan bersejarah, antara lain Benteng Vredeburg dan Gedung Agung. Dulu pernah menjadi tempat basecamp komunitas seniman dan budayawan besar. Sebagai ikon Kota Jogjakarta, Malioboro memang eksotik dan terus menjadi pusat perhatian baik local maupun international.
Gudeg merupakan makanan khas Jogjakarta, terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan dan dibumbui dengan kluwek. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental atau areh, ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek.
Ada berbagai varian gudeg, antara lain: Gudeg Kering; yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada santan pada masakan padang. Gudeg Basah; yang disajikan dengan areh encer. Gudeg Solo; gudeg yang arehnya berwarna putih.
Ada berbagai varian gudeg, antara lain: Gudeg Kering; yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada santan pada masakan padang. Gudeg Basah; yang disajikan dengan areh encer. Gudeg Solo; gudeg yang arehnya berwarna putih.
Jogjakarta memang memiliki keistimewaan luar biasa ditinjau dari sejarahnya, keberadaan Kota Jogjakarta tidak bisa lepas dari keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Setelah melalui perjuangan yang panjang dalam memperjuangkan kedaulatan Kerajaan Mataram dari pengaruh Belanda, Pangeran Mangkubumi yang bergelar Susuhunan Kabanaran menandatangani perjanjian Giyanti pada hari Kamis Kliwon, 29 Rabiulakhir 1680 atau bertepatan dengan 13 Februari 1755 (Palihan Nagari). Palihan Nagari menjadi titik awal keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Pada saat itulah Susuhunan Kabanaran bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I.
Sultan Hamengku Buwana I memproklamirkan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta, dan memiliki separuh dari wilayah Kerajaan Mataram, proklamasi bertempat di Pesanggrahan Ambarketawang dan dikenal dengan peristiwa Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram – Ngayogyakarta.
Pada hari Kamis pahing, 13 Sura 1682 atau 7 Oktober 1756, Sri Sultan Hamengku Buwana I beserta keluarganya pindah atau boyongan masuk ke dalam Kraton Ngayogyakarta. Momentum kepindahan ini dipakai sebagai dasar penentuan Hari Jadi Kota Yogyakarta yang ditentukan pada tanggal 7 Oktober 2009 dan dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.
Sultan Hamengku Buwana I memproklamirkan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta, dan memiliki separuh dari wilayah Kerajaan Mataram, proklamasi bertempat di Pesanggrahan Ambarketawang dan dikenal dengan peristiwa Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram – Ngayogyakarta.
Pada hari Kamis pahing, 13 Sura 1682 atau 7 Oktober 1756, Sri Sultan Hamengku Buwana I beserta keluarganya pindah atau boyongan masuk ke dalam Kraton Ngayogyakarta. Momentum kepindahan ini dipakai sebagai dasar penentuan Hari Jadi Kota Yogyakarta yang ditentukan pada tanggal 7 Oktober 2009 dan dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.
Selamat Datang di Jogjakarta
Jogjakarta memang bukan saja berhati nyaman, tapi akan memanjakan Anda dengan berbagai fasilitas; wisata kuliner, wisata belanja, wisata museum (sejarah), wisata alam, wisata pendidikan, wisata rekreasi, wisata budaya, dan masih banyak lagi. Belum pas rasanya kalo ke Jogjakarta Anda tidak mampir untuk menikmati semuanya, ajak seluruh keluarga, handai taulan.
Visit to Jogja!
Jogjakarta Berhati Nyaman!
Jogjakarta memang bukan saja berhati nyaman, tapi akan memanjakan Anda dengan berbagai fasilitas; wisata kuliner, wisata belanja, wisata museum (sejarah), wisata alam, wisata pendidikan, wisata rekreasi, wisata budaya, dan masih banyak lagi. Belum pas rasanya kalo ke Jogjakarta Anda tidak mampir untuk menikmati semuanya, ajak seluruh keluarga, handai taulan.
Visit to Jogja!
Jogjakarta Berhati Nyaman!