Cembengan Jogja

By poetry - 20.03

Cembengan atau Kirab Tebu Manten, dilakukan sebagai tanda akan dimulainya musim giling dan suling di pabrik gula Madukismo. Istilah Cembengan berasal dari tradisi masyarakat Tionghoa yaitu tradisi Cing Bing atau sering disebut tradisi Ceng Beng. Tradisi Cing Bing adalah tradisi ziarah kubur atau sembayang kubur bagi masyarakat Tionghoa sebelum mereka melakukan karya-karya atau kerja besar yang dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur sekaligus mendoakan arwah para leluhur agar segera hidup tenang di surga. Tradisi Ceng Beng dibawa oleh masyarakat Tionghoa ke berbagai wilayah khususnya tanah Jawa. Para produsen gula Tionghoa di jaman dahulu selalu melaksanakan upacara atau tradisi Ceng Beng sebelum memulai giling tebu sebagai awal proses produksi gula.Puncak sembayangan Ceng Beng dilaksanakan pada tanggal 9 bulan ke-3 tahun Cina. Tradisi yang sama juga dilakukan oleh Pabrik gula Madukisma, sebelum seluruh acara dilaksanakan sebagian besar pimpinan dan karyawan Pabrik Madukisma melakukan peziarahan ke berbagai makam di antaranya makam Bah De Pok Makam Ragacala dan Makam Imogiri. Beberapa sajen buangan juga disiapkan pihak pabrik yang terdiri atas tumpeng alit mancawarna. Tumpeng alit lima warna tersebut simbol dari nafsu-nafsu yang terdapat di dalam diri manusia, Dengan dibuat dan dibuangnya tumpeng alit mancawarna diharapkan nafsu-nafsu buruk manusia bisa dilepaskan atau terkendalikan dengan baik.

  • Share:

You Might Also Like

0 Comments